Hidayatullah
awalnya sebuah pondok pesantren yang berdiri di atas lahan wakaf seluas 120
hektar di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Pondok pesantren ini
didirikan oleh Ust Abdullah Said pada 7 Januari 1973.
Dalam
perkembangannya, Ust Abdullah Said mengirimkan santri-santrinya untuk berdakwah
ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, khususnya daerah-daerah minoritas
Muslim.
Di tempat
tugas yang baru, para santri Hidayatullah tak sekadar berdakwah, tetapi juga membangun
cabang pondok pesantren Hidayatullah.
Pada akhirnya,
tersebarlah ke lebih dari 300 kabupaten di seluruh Indonesia dalam bentuk
pondok pesantren tersebut. Fokus kegiatannya adalah sosial, pendidikan, dan
dakwah.
Pada
Musyawarah Nasional (Munas) Pertama Hidayatullah, 9–13 Juli 2000, di
Balikpapan, Hidayatullah mengembangkan menejemennya menjadi organisasi
kemasyarakatan (ormas) dan menyatakan diri sebagai gerakan dakwah dan
perjuangan Islam.
Dalam
perkembangan selanjutnya, ormas Islam Hidayatullah berubah menjadi Perkumpulan
Hidayatullah. Keanggotaan, misi, visi, dan konsep dasar gerakan bersifat
terbuka.
Sejalan dengan
itu, kader-kader Hidayatullah yang sudah tersebar di seluruh penjuru tanah air
mulai membentuk Pimpinan Cabang (PC), Pimpinan Daerah (PD) dan Dewan Pimpinan
Wilayah (DPW). Hingga tahun 2013 ini, Hidayatullah sudah memiliki 33 DPW, 287
PD dan 70 PC. Jumlah DPC, PR dan PAR tidak dicantumkan karena
pertumbuhannya yang terus berubah.
Sejak 1978
Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh Indonesia dan mendirikan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (STIEHID) di Depok, Sekolah Tinggi
Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah
Hidayatullah (STISID) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan untuk pengkaderan
da’i dengan memberlakukan beasiswa penuh (biaya pendidikan dan biaya hidup)
bagi mahasiswa dengan pola ikatan dinas. Da’i ini kemudian mendapatkan
tunjangan maksimal hingga 3 tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku
ekonomi di tempatnya berada.
Mulai tahun
1998 lembaga pendidikan kader da’i ini telah menghasilkan lulusan dan telah
mengirimkan da’i ke berbagai daerah terutama Indonesia Bagian Timur dan Tengah.
Setidaknya setiap tahun, Hidayatullah mengirimkan 150 da’i ke berbagai daerah
di Indonesia dengan 50 di antaranya adalah lulusan strata satu dari lembaga
pendidikan kader da’i.
Lembaga
pendidikan Hidayatullah meliputi Taman Kanak-Kanak dan kelompok bermain pra
sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah di hampir semua Daerah, Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
setidaknya ada di setiap Wilayah dan 3 perguruan tinggi di Surabaya, Balikpapan
dan Depok.
Pusat
Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) adalah institusi berupa pesantren bagi anak yatim
piatu. Ada lebih dari 200 Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah
anak yatim piatu dan tidak mampu dimana setiap PPAS menampung sekitar 150 orang
anak.
Pada tahun
2013, Hidayatullah mendapat tambahan sebuah perguruan tinggi STT STIKMA
Internasional Malang, yang dinaungi dibawah PW Hidayatullah Jawa Timur. Berbeda
dengan Perguruan Tinggi Hidayatullah lainnya yang umumnya mempelajari ilmu
agama, STT STIKMA Internasional Malang adalah perguruan tinggi yang mempelajari
bidang Teknologi Informasi, Multimedia, Arsitektur, dan Komputerisasi
Akuntansi. STT STIKMA Internasional Malang bergabung setelah yayasan yang lama,
meng-hibah-kan lembaga STT STIKMA Internasional kepada ormas Hidayatullah.
Sebagai
organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri
sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan
dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya. Keanggotaan Hidayatullah bersifat
terbuka, dimana usahanya berfungsi sebagai basis pendidikan dan pengkaderan.
Metode (manhaj
nubuwwah’) Hidayatullah yaitu berpegang pada al Qur’an dan as-Sunnah
sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada
pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan
kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran
dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) dengan tujuan
akhir melahirkan kepemimpinan dan ummat.
Pesantren
Hidayatullah
Pesantren-Pesantren
Hidayatullah berfungsi sebagai tempat untuk mendalami ilmu. Pesantren ini
dihuni santri yang tinggal di asrama, guru, pengasuh, pengelola dan jamaah
Hidayatullah.
Pola
pengajaran di Pesantren Hidayatullah adalah sistem pesantren modern, yaitu
penggabungan mata ajaran umum Kemendikbud dan mata ajaran khusus atau keislaman (diniyah).
Mata ajaran umum sama seperti mata ajaran pada sekolah – sekolah umum lainnya,
contohnya matematika, fisika, kimia dan lain lain. Mata ajaran khusus yaitu
mata ajaran yang berkaitan dengan keislaman, contohnya aqidah, fiqih, bahasa
Arab, dan hafalan/tahfidz Al Qur’an, serta masih banyak lagi mata ajaran yang
lain, sesuai dengan jenjang pendidikan dan letak kampus.
Hidayatullah
adalah organisasi massa berbasis kader yang dibangun atas manhaj Sistematika
Nuzulnya Wahyu, yaitu
- Pemurnian akidah tauhid (al ‘Alaq ayat 1-5),
- Khiththah hidup bersama al-Qur`an (al-Qalam ayat 1-7),
- Tarbiyah ruhiyyah (al-Muzzammil ayat 1-7),
- Gerakan dakwah (al-Muddatstsir ayat 1-7, dan
- Membangun lingkungan Islami (al-Fatihah ayat 1-7).
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas
sumberdaya insani
- Mengintensifkan pelayanan umat
melalui aktivitas sosial, pendidikan, dan dakwah.
- Mewujudkan kemandirian ekonomi.
- Mendorong penegakan Islam pada
tingkat individu, keluarga, masyarakat.
Mainstream Hidayatullah
Gerakan utama
(mainstream) Hidayatullah adalah dakwah dan pendidikan (tarbiyah). Di bidang
dakwah, Hidayatullah secara kontinyu telah menyebarkan dai-dainya hingga ke
daerah minoritas dan pedalaman. Selain itu Hidayatullah telah menyelenggarakan
sejumlah program seperti bina akidah, Grand MBA, dan Pos MTQ.
Program bina
akidah adalah program pembinaan singkat untuk masyarakat umum, terutama mereka
yang tertarik berjuang menegakkan Islam bersama-sama Hidayatullah. Mereka yang
selesai mengikuti program ini dipersilahkan untuk mengikuti serangkaian program
pembinaan lanjutan dengan sistem halaqoh, taklim diniyah, dan marhalah.
Program Grand
MBA (Gerakan Dakwah Mengajar dan Belajar Al-Qur’an) memfokuskan kegiatannya
pada penerjemahan Al-Qur’an secara cepat kemudian menelaahnya melalui metoda
MBA.
Bagi peserta
yang selesai mengikuti program ini wajib mengajarkannya kepada orang lain
minimal 10 orang dalam kurun waktu tertentu, sehingga semakin banyaklah
masyarakat yang mampu membaca dan memahami Al-Qur’an. Implementasinya, di
setiap lokasi dakwah didirikan Majelis Ta’lim Al-Qur’an (MTQ) di bawah
bimbingan seorang mu’allim.
Sedangkan di
bidang pendidikan, Hidayatullah telah memiliki tiga sekolah tinggi, yaitu
Sekolah Tinggi Agama Islam Lukman al-Hakim (STAIL) di Surabaya, Jawa Timur,
Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STIS Hidayatullah) di Balikpapan,
Kalimantan Timur, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (STIE
Hidayatullah) di Depok, Jawa Barat.
Ketiga sekolah
tinggi ini didirikan untuk mencetak cendikiawan Muslim yang berkualitas
sekaligus sebagai dai. Di dalamnya terdapat jalur khusus kader dai dengan
sistem beasiswa ikatan tugas dakwah. Setelah lulus mereka ditugaskan ke seluruh
pelosok Indonesia untuk berdakwah dan memperluas jaringan dakwah Hidayatullah.
Selain sekolah
tinggi, Hidayatullah juga memiliki Taman Pendidikan Al-Qur’an, Taman
Kanak-kanak dan Play Group atau Raudhatul Athfal, Sekolah Dasar atau Madrasah
Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah
Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. Setidaknya di setiap wilayah ada satu
jenis lembaga pendidikan tersebut.
Pendidikan di
Hidayatullah menganut konsep ”Integral Berbasis Tauhid.” Konsep
ini diimplementasikan sejak Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi.
Selain itu,
Hidayatullah memiliki 322 pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Di
samping dihuni santri, pesantren-pesantren tersebut juga ditempati para guru,
pengasuh, pengelola, dan jamaah Hidayatullah yang berkeinginan menetap di
sekitar Pesantren.
Karena itu,
pesantren-pesantren Hidayatullah, selain berfungsi sebagai tempat mendalami
ilmu agama (wajib ‘ain/diniiyah) dan ilmu umum (wajib kifayah), juga berfungsi
sebagai miniatur peradaban Islam.
Dan In Sya
Allah untuk Mahakam Ulu segera menyusul dibangunnya Pondok Pesantren Hidayatullah Mahakam Ulu
Struktur Kepengurusan Hidayatullah
Struktur
kepengurusan Hidayatullah tingkat pusat adalah terdiri dari Majelis Penasehat
Pusat (MPP), Dewan Pertimbangan Pimpinan Umum (DPPU) Dewan
Mudzakarah (DM) dan Dewan Pengurus Pusat (DPP). Keempat unsur ini
merupakan lembaga tinggi organisasi yang tunduk di bawah kebijakan Pimpinan
Umum.
Berdasarkan
keputusan Musyawarah Nasional IV Hidayatullah yang berlangsung pada tanggal
7-10 November 2015 di Balikpapan, Kalimantan Timur, maka ditetapkan Ketua Umum
DPP Hidayatullah periode 2015-2020 adalah Nashirul Haq, Lc, MA dan
Sekretaris Jenderal adalah Ir Candra Kurnianto.
Dan hasil
Musyawarah Wilayah IV Hidayatullah Kalimantan Timur pada 19-20 Desember 2015 Dewan
Pengurus Wilayah Kalimantan Timur periode 2015-2020, ditetapkan sebagai Ketua adalah
DR Muhammad Tang S. , Sekretaris adalah Abdullah Syarif, S.Sos dan Bendahara H.
Jamaluddin Ibrahim.
Sementara Hasil Musyawarah Daerah Hidayatullah Bersama Kutai
Barat dan Mahakam Ulu pada 18 Januari 2016 ditetapkan sebagai Dewan Pengurus
Daerah Hidayatullah Mahakam Ulu dengan Ketua adalah M. Taufiq S.Pd.I.,
Sekretaris adalah Edy Harianto, S.E. dan Bendahara adalah Muhammmah Yusuf.
Ketua Umum
Dewan Pengurus Pusat (DPP) ditetapkan melalui Musyawarah Nasional (Munas) lima
tahun sekali. Struktur di bawah DPP terdiri dari Dewan Pengurus Wilayah
atau DPW (tingkat provinsi), Dewan Pengurus Daerah atau DPD (tingkat
kabupaten/kota), Dewan Pengurus Cabang atau DPC (tingkat kecamatan) dan
Dewan Pengurus Ranting atau DPRa (tingkat Desa/Kelurahan).
Amal Usaha
Amal Usaha dan Lembaga
Pendukung. Selain program-program gerakan utama, Hidayatullah juga
memiliki sejumlah amal usaha dan lembaga yang mendukung misi organisasi, di
antaranya:
1. Baitul Maal Hidayatullah
Lembaga ini bertujuan mengelola
dana zakat, infak, sedekah, wakaf, dan hibah umat. Lembaga ini telah mendapat
pengukuhan sebagai lembaga amil zakat nasional (LAZNAS) melalui SK Menteri
Agama RI No 538 tahun 2001. Kini, Baitul Maal Hidayatullah telah memiliki 43
kantor perwakilan dan 190 jaringan pos peduli.
2. Kelompok Media Hidayatullah
Lembaga ini merupakan sarana
dakwah Hidayatullah lewat tulisan. Ada beberapa produk media massa yang
diterbitkan oleh Kelompok Media Hidayatullah, yaitu majalah bulanan Suara
Hidayatullahyang kini beroplah 55 ribu eksemplar, situs berita Hidayatullah.com,
majalah Edisi Khusus Hidayatullah yang terbit empat bulan sekali, dan buletin al-Qolam. Lembaga
ini memiliki pula devisi percetakan (Lentera Jaya Madina), penerbitan (Lentera
Optima Pustaka), dan konsultan media (Lentera Prima Media).
3. Tim SAR Hidayatullah
Untuk mengantisipasi maraknya
musibah dan bencana alam di Indonesia, pada tahun 2004 Hidayatullah membentuk
Tim SAR (Search and Rescue). Tim ini pertama kali diterjunkan pada
bencana Tsunami di Aceh. Tim ini dilatih oleh istruktur SAR Hidayatullah dari
unsur kepolisian, Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara.
Selanjutnya telah dibentuk tim SAR Rayon di beberapa daerah untuk
mengantisipasi bencana setempat.
4. Pusat Pendidikan Anak Saleh
(PPAS)
Lembaga ini bertujuan membantu
anak-anak yatim piatu dan kurang mampu di setiap perwakilan daerah. Anak-anak
tersebut ditempatkan dalam asrama, diberi pendidikan diniyah, dan dikembangkan
bakat serta minat mereka. Ada lebih dari 200 PPAS Hidayatullah dengan
rata-rata jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu 100 per PPAS.
5. Islamic Medical Service
(IMS)
Lembaga ini memiliki tiga program
utama, yaitu layanan kesehatan individu, layanan tanggap darurat (emergency),
dan layanan kesehatan masyarakat.
Layanan kesehatan individu
dilakukan dengan mendirikan klinik kesehatan, rumah bersalin, dan rumah sakit.
Sedangkan layanan tanggap darurat diupayakan menjangkau daerah bencana, daerah
terpencil, daerah minus (pedesaan), dan daerah perkotaan yang kumuh dan miskin.
Adapun layanan kesehatan
masyarakat dilakukan dengan mendirikan sekolah dan perguruan tinggi kesehatan,
mencetak kader kesehatan, menyelenggarakan seminar, simposium, pelatihan
kesehatan, penyuluhan, pembinaan masyarakat (community development) dan
penelitian bidang kesehatan.
6. Induk Koperasi Hidayatullah
(Inkophida)
Induk Koperasi Hidayatullah
(Inkophida) adalah koperasi sekunder yang menjadi wadah seluruh jaringan
Koperasi Hidayatullah yang tersebar diseluruh Indonesia. Inkophida didirikan di
Jakarta pada tahun 1999, dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Koperasi
dan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor :
013/BH/M.1/1999, tanggal 9 April 1999.
Saat ini Inkophida memiliki 9
(sembilan) Puskophida (Pusat Koperasi Hidayatullah) ditingkat provinsi dan 142
Kophida (Koperasi Primer Hidayatullah) di tingkat Kabupaten/Kota. Visi
Inkophida adalah membangun jaringan ekonomi ummat yang berkeadilan dan saling
menguntungkan.
Hidayatullah dan pemberdayaan masyarakat pedalaman.
Sebagai organisasi yang lahir di
Kalimantan Timur, maka Hidayatullah memiliki perhatian besar terhadap
pengembangan wilayah Kalimantan. Selain di Kalimantan, Hidayatullah juga
memberikan perhatian kepada Irian (Papua). Di hampir semua kota di Papua,
terdapat da’i Hidayatullah, yang salah satu kegiatannya adalah mendirikan
pesantren, dengan menerima murid dari lingkungan setempat. Hal serupa dilakukan
di Timor Timur sebelum kawasan itu lepas dari Indonesia demikian pula untuk di Mahakam Ulu.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar