Sabtu, 09 April 2016

PROFIL HIDAYATULLAH




Mukadimah

Hidayatullah awalnya sebuah pondok pesantren yang berdiri di atas lahan wakaf seluas 120 hektar di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Pondok pesantren ini didirikan oleh Ust Abdullah Said pada 7 Januari 1973.

Dalam perkembangannya, Ust Abdullah Said mengirimkan santri-santrinya untuk berdakwah ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, khususnya daerah-daerah minoritas Muslim.

Di tempat tugas yang baru, para santri Hidayatullah tak sekadar berdakwah, tetapi juga membangun cabang pondok pesantren Hidayatullah.

Pada akhirnya, tersebarlah ke lebih dari 300 kabupaten di seluruh Indonesia dalam bentuk pondok pesantren tersebut. Fokus kegiatannya adalah sosial, pendidikan, dan dakwah.

Pada Musyawarah Nasional (Munas) Pertama Hidayatullah, 9–13 Juli 2000, di Balikpapan, Hidayatullah mengembangkan menejemennya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dan menyatakan diri sebagai gerakan dakwah dan perjuangan Islam.

Dalam perkembangan selanjutnya, ormas Islam Hidayatullah berubah menjadi Perkumpulan Hidayatullah. Keanggotaan, misi, visi, dan konsep dasar gerakan bersifat terbuka.

Sejalan dengan itu, kader-kader Hidayatullah yang sudah tersebar di seluruh penjuru tanah air mulai membentuk Pimpinan Cabang (PC), Pimpinan Daerah (PD) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW). Hingga tahun 2013 ini, Hidayatullah sudah memiliki 33 DPW, 287 PD dan 70 PC. Jumlah DPC, PR dan PAR tidak dicantumkan karena pertumbuhannya yang terus berubah.

Sejak 1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (STIEHID) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STISID) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan untuk pengkaderan da’i dengan memberlakukan beasiswa penuh (biaya pendidikan dan biaya hidup) bagi mahasiswa dengan pola ikatan dinas. Da’i ini kemudian mendapatkan tunjangan maksimal hingga 3 tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku ekonomi di tempatnya berada.

Mulai tahun 1998 lembaga pendidikan kader da’i ini telah menghasilkan lulusan dan telah mengirimkan da’i ke berbagai daerah terutama Indonesia Bagian Timur dan Tengah. Setidaknya setiap tahun, Hidayatullah mengirimkan 150 da’i ke berbagai daerah di Indonesia dengan 50 di antaranya adalah lulusan strata satu dari lembaga pendidikan kader da’i.

Lembaga pendidikan Hidayatullah meliputi Taman Kanak-Kanak dan kelompok bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah di hampir semua Daerah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah setidaknya ada di setiap Wilayah dan 3 perguruan tinggi di Surabaya, Balikpapan dan Depok.

Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) adalah institusi berupa pesantren bagi anak yatim piatu. Ada lebih dari 200 Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu dimana setiap PPAS menampung sekitar 150 orang anak.

Pada tahun 2013, Hidayatullah mendapat tambahan sebuah perguruan tinggi STT STIKMA Internasional Malang, yang dinaungi dibawah PW Hidayatullah Jawa Timur. Berbeda dengan Perguruan Tinggi Hidayatullah lainnya yang umumnya mempelajari ilmu agama, STT STIKMA Internasional Malang adalah perguruan tinggi yang mempelajari bidang Teknologi Informasi, Multimedia, Arsitektur, dan Komputerisasi Akuntansi. STT STIKMA Internasional Malang bergabung setelah yayasan yang lama, meng-hibah-kan lembaga STT STIKMA Internasional kepada ormas Hidayatullah.

Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya. Keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, dimana usahanya berfungsi sebagai basis pendidikan dan pengkaderan.

Metode (manhaj nubuwwah’) Hidayatullah yaitu berpegang pada al Qur’an dan as-Sunnah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) dengan tujuan akhir melahirkan kepemimpinan dan ummat.

Pesantren Hidayatullah

Pesantren-Pesantren Hidayatullah berfungsi sebagai tempat untuk mendalami ilmu. Pesantren ini dihuni santri yang tinggal di asrama, guru, pengasuh, pengelola dan jamaah Hidayatullah.

Pola pengajaran di Pesantren Hidayatullah adalah sistem pesantren modern, yaitu penggabungan mata ajaran umum Kemendikbud dan mata ajaran khusus atau keislaman (diniyah). Mata ajaran umum sama seperti mata ajaran pada sekolah – sekolah umum lainnya, contohnya matematika, fisika, kimia dan lain lain. Mata ajaran khusus yaitu mata ajaran yang berkaitan dengan keislaman, contohnya aqidah, fiqih, bahasa Arab, dan hafalan/tahfidz Al Qur’an, serta masih banyak lagi mata ajaran yang lain, sesuai dengan jenjang pendidikan dan letak kampus.

Hidayatullah adalah organisasi massa berbasis kader yang dibangun atas manhaj Sistematika Nuzulnya Wahyu, yaitu
  1. Pemurnian akidah tauhid (al ‘Alaq ayat 1-5),
  2. Khiththah hidup bersama al-Qur`an (al-Qalam ayat 1-7), 
  3. Tarbiyah ruhiyyah (al-Muzzammil ayat 1-7),
  4. Gerakan dakwah (al-Muddatstsir ayat 1-7, dan
  5. Membangun lingkungan Islami (al-Fatihah ayat 1-7).
Visi Hidayatullah adalah Membangun Peradaban Islam. Sedangkan misi Hidayatullah ada empat, yaitu:
  1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya insani
  2. Mengintensifkan pelayanan umat melalui aktivitas sosial, pendidikan, dan dakwah.
  3. Mewujudkan kemandirian ekonomi.
  4. Mendorong penegakan Islam pada tingkat individu, keluarga, masyarakat.
Mainstream Hidayatullah

Gerakan utama (mainstream) Hidayatullah adalah dakwah dan pendidikan (tarbiyah). Di bidang dakwah, Hidayatullah secara kontinyu telah menyebarkan dai-dainya hingga ke daerah minoritas dan pedalaman. Selain itu Hidayatullah telah menyelenggarakan sejumlah program seperti bina akidah, Grand MBA, dan Pos MTQ.

Program bina akidah adalah program pembinaan singkat untuk masyarakat umum, terutama mereka yang tertarik berjuang menegakkan Islam bersama-sama Hidayatullah. Mereka yang selesai mengikuti program ini dipersilahkan untuk mengikuti serangkaian program pembinaan lanjutan dengan sistem halaqoh, taklim diniyah, dan marhalah.

Program Grand MBA (Gerakan Dakwah Mengajar dan Belajar Al-Qur’an) memfokuskan kegiatannya pada penerjemahan Al-Qur’an secara cepat kemudian menelaahnya melalui metoda MBA.

Bagi peserta yang selesai mengikuti program ini wajib mengajarkannya kepada orang lain minimal 10 orang dalam kurun waktu tertentu, sehingga semakin banyaklah masyarakat yang mampu membaca dan memahami Al-Qur’an. Implementasinya, di setiap lokasi dakwah didirikan Majelis Ta’lim Al-Qur’an (MTQ) di bawah bimbingan seorang mu’allim.

Sedangkan di bidang pendidikan, Hidayatullah telah memiliki tiga sekolah tinggi, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Lukman al-Hakim (STAIL) di Surabaya, Jawa Timur, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STIS Hidayatullah) di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (STIE Hidayatullah) di Depok, Jawa Barat.

Ketiga sekolah tinggi ini didirikan untuk mencetak cendikiawan Muslim yang berkualitas sekaligus sebagai dai. Di dalamnya terdapat jalur khusus kader dai dengan sistem beasiswa ikatan tugas dakwah. Setelah lulus mereka ditugaskan ke seluruh pelosok Indonesia untuk berdakwah dan memperluas jaringan dakwah Hidayatullah.

Selain sekolah tinggi, Hidayatullah juga memiliki Taman Pendidikan Al-Qur’an, Taman Kanak-kanak dan Play Group atau Raudhatul Athfal, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. Setidaknya di setiap wilayah ada satu jenis lembaga pendidikan tersebut.

Pendidikan di Hidayatullah menganut konsep ”Integral Berbasis Tauhid.” Konsep ini diimplementasikan sejak Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi.

Selain itu, Hidayatullah memiliki 322 pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Di samping dihuni santri, pesantren-pesantren tersebut juga ditempati para guru, pengasuh, pengelola, dan jamaah Hidayatullah yang berkeinginan menetap di sekitar Pesantren.

Karena itu, pesantren-pesantren Hidayatullah, selain berfungsi sebagai tempat mendalami ilmu agama (wajib ‘ain/diniiyah) dan ilmu umum (wajib kifayah), juga berfungsi sebagai miniatur peradaban Islam.

Dan In Sya Allah untuk Mahakam Ulu segera menyusul dibangunnya Pondok Pesantren Hidayatullah Mahakam Ulu

Struktur Kepengurusan Hidayatullah

Struktur kepengurusan Hidayatullah tingkat pusat adalah terdiri dari Majelis Penasehat Pusat (MPP), Dewan Pertimbangan Pimpinan Umum (DPPU) Dewan Mudzakarah (DM) dan Dewan Pengurus Pusat (DPP). Keempat unsur ini merupakan lembaga tinggi organisasi yang tunduk di bawah kebijakan Pimpinan Umum.
Berdasarkan keputusan Musyawarah Nasional IV Hidayatullah yang berlangsung pada tanggal 7-10 November 2015 di Balikpapan, Kalimantan Timur, maka ditetapkan Ketua Umum DPP Hidayatullah periode 2015-2020 adalah Nashirul Haq, Lc, MA dan Sekretaris Jenderal adalah Ir Candra Kurnianto.

Dan hasil Musyawarah Wilayah IV Hidayatullah Kalimantan Timur pada 19-20 Desember 2015 Dewan Pengurus Wilayah Kalimantan Timur periode 2015-2020, ditetapkan sebagai Ketua adalah DR Muhammad Tang S. , Sekretaris adalah Abdullah Syarif, S.Sos dan Bendahara H. Jamaluddin Ibrahim.

Sementara Hasil Musyawarah Daerah Hidayatullah Bersama Kutai Barat dan Mahakam Ulu pada 18 Januari 2016 ditetapkan sebagai Dewan Pengurus Daerah Hidayatullah Mahakam Ulu dengan Ketua adalah M. Taufiq S.Pd.I., Sekretaris adalah Edy Harianto, S.E. dan Bendahara adalah Muhammmah Yusuf.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) ditetapkan melalui Musyawarah Nasional (Munas) lima tahun sekali. Struktur di bawah DPP terdiri dari Dewan Pengurus Wilayah atau DPW (tingkat provinsi), Dewan Pengurus Daerah atau DPD (tingkat kabupaten/kota), Dewan Pengurus Cabang atau DPC (tingkat kecamatan) dan Dewan Pengurus Ranting atau DPRa  (tingkat Desa/Kelurahan).

Amal Usaha

Amal Usaha dan Lembaga Pendukung. Selain program-program gerakan utama, Hidayatullah juga memiliki sejumlah amal usaha dan lembaga yang mendukung misi organisasi, di antaranya:

1. Baitul Maal Hidayatullah

Lembaga ini bertujuan mengelola dana zakat, infak, sedekah, wakaf, dan hibah umat. Lembaga ini telah mendapat pengukuhan sebagai lembaga amil zakat nasional (LAZNAS) melalui SK Menteri Agama RI No 538 tahun 2001. Kini, Baitul Maal Hidayatullah telah memiliki 43 kantor perwakilan dan 190 jaringan pos peduli.

2. Kelompok Media Hidayatullah

Lembaga ini merupakan sarana dakwah Hidayatullah lewat tulisan. Ada beberapa produk media massa yang diterbitkan oleh Kelompok Media Hidayatullah, yaitu majalah bulanan Suara Hidayatullahyang kini beroplah 55 ribu eksemplar, situs berita Hidayatullah.com, majalah Edisi Khusus Hidayatullah yang terbit empat bulan sekali, dan buletin al-Qolam. Lembaga ini memiliki pula devisi percetakan (Lentera Jaya Madina), penerbitan (Lentera Optima Pustaka), dan konsultan media (Lentera Prima Media).

3. Tim SAR Hidayatullah

Untuk mengantisipasi maraknya musibah dan bencana alam di Indonesia, pada tahun 2004 Hidayatullah membentuk Tim SAR (Search and Rescue). Tim ini pertama kali diterjunkan pada bencana Tsunami di Aceh. Tim ini dilatih oleh istruktur SAR Hidayatullah dari unsur kepolisian, Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara. Selanjutnya telah dibentuk tim SAR Rayon di beberapa daerah untuk mengantisipasi bencana setempat.

4. Pusat Pendidikan Anak Saleh (PPAS)

Lembaga ini bertujuan membantu anak-anak yatim piatu dan kurang mampu di setiap perwakilan daerah. Anak-anak tersebut ditempatkan dalam asrama, diberi pendidikan diniyah, dan dikembangkan bakat serta minat mereka. Ada lebih dari 200 PPAS Hidayatullah dengan rata-rata jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu 100 per PPAS.

5. Islamic Medical Service (IMS)

Lembaga ini memiliki tiga program utama, yaitu layanan kesehatan individu, layanan tanggap darurat (emergency), dan layanan kesehatan masyarakat.

Layanan kesehatan individu dilakukan dengan mendirikan klinik kesehatan, rumah bersalin, dan rumah sakit. Sedangkan layanan tanggap darurat diupayakan menjangkau daerah bencana, daerah terpencil, daerah minus (pedesaan), dan daerah perkotaan yang kumuh dan miskin.

Adapun layanan kesehatan masyarakat dilakukan dengan mendirikan sekolah dan perguruan tinggi kesehatan, mencetak kader kesehatan, menyelenggarakan seminar, simposium, pelatihan kesehatan, penyuluhan, pembinaan masyarakat (community development) dan penelitian bidang kesehatan.

6. Induk Koperasi Hidayatullah (Inkophida)

Induk Koperasi Hidayatullah (Inkophida) adalah koperasi sekunder yang menjadi wadah seluruh jaringan Koperasi Hidayatullah yang tersebar diseluruh Indonesia. Inkophida didirikan di Jakarta pada tahun 1999, dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Koperasi dan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor : 013/BH/M.1/1999, tanggal 9 April 1999.

Saat ini Inkophida memiliki 9 (sembilan) Puskophida (Pusat Koperasi Hidayatullah) ditingkat provinsi dan 142 Kophida (Koperasi Primer Hidayatullah) di tingkat Kabupaten/Kota. Visi Inkophida adalah membangun jaringan ekonomi ummat yang berkeadilan dan saling menguntungkan.

Hidayatullah dan pemberdayaan masyarakat pedalaman.

Sebagai organisasi yang lahir di Kalimantan Timur, maka Hidayatullah memiliki perhatian besar terhadap pengembangan wilayah Kalimantan. Selain di Kalimantan, Hidayatullah juga memberikan perhatian kepada Irian (Papua). Di hampir semua kota di Papua, terdapat da’i Hidayatullah, yang salah satu kegiatannya adalah mendirikan pesantren, dengan menerima murid dari lingkungan setempat. Hal serupa dilakukan di Timor Timur sebelum kawasan itu lepas dari Indonesia demikian pula untuk di Mahakam Ulu.*


Tidak ada komentar: